Senin, 24 Februari 2014

Atasi kecemburuan anak, tumbuhkan semangat berbagi



Jangan buru-buru menjudge anak berprilaku buruk karena ia memang anak yang berprilaku buruk.  Besar kemungkinan prilaku buruk anak disebabkan oleh rasa cemburu. Ya, rasa cemburu. Kecemburuan yang bisa dipicu apa saja, kehadiran saudara baru, perhatian yang dirasa kurang, kecemburuan dengan apa yang tak dimilikinya, dan lain sebagainya. Maka tugas orang tualah untuk mencari tau penyebab kecemburuan tersebut dan membantu anak menarik dirinya dari perangkap buruk rasa cemburu tersebut.

Buku ini terdiri dari 99 tips bagi orang tua, di mana 99 tips tersebut dibagi kedalam 9 bab.

Bab satu diberi judul “Adik Baru”. Berisi tips yang sangat bisa diterapkan untuk meminimalisir kecemburuan anak ketika hadirnya adik baru. Kecemburuan tersebut memang tidak bisa dihindari tapi tentu bisa diminimalisir, mulai dengan melibatkan ayah, hingga melibatkan si kakak dalam perawatan adik baru. Yang paling penting adalah memahami perasaan si kakak dan tetap memberinya rasa aman bahwa kehadiran adik baru tidaklah berarti merebut kasih sayang orang tua kepada dirinya. Anak juga belajar untuk berbagi dan menyayangi saudaranya.

Bab dua “kawan atau lawan”. Dunia anak memang unik, seringkali kita melihat mereka bermain bersama dengan gembira ria dan tiba-tiba saling berteriak, menangis, atau bahkan saling memukul entah dengan saudara atau teman sepermainannya. Bab ini berisi tips untuk mengajari anak mengatasi rasa cemburunya terhadap saudara atau teman-teman bermainnya, juga agar anak belajar untuk bersosialisasi dengan sehat. 

Bab tiga membahas tips seputar permasalahan antar saudara kandung yang usianya berdekatan. Kadangkala orang tua terjebak menerapkan pola pengasuhan yang itu-itu saja pada anak yang berbeda. Bab ini memuat tips bagaimana sikap orang tua seharusnya mendidik anak sesuai dengan karakter masing-masing anak dan tetap membuat masing-masing anak sebagai anak yang istimewa.

Bab keempat berisi tips menghadapi kecemburuan antar anak yang usianya saling berjauhan. Kemudian ada bab “anak-anak dan binatang piaraan”, “masalah pada orang tua”, “saling berbagi”, “masa sekolah”, dan “ibu yang bekerja”.

Bagiku pribadi bab “masalah orang tua” dan ‘binatang piaraan” memang berisi tips menarik hanya saja terasa out of topic dari mengatasi kecemburuan anak. Pun demikian, buku ini berisi tips yang layak dicoba tergantung pilihan orang tua dengan metode yang dipilih untuk pendidikan buah hati tercinta. Yang pasti kecemburuan seorang anak adalah kewajaran, tinggal bagaimana kita orang tuanya mampu mengarahkan kecemburuan tersebut menjadi semangat berbagi yang positif.


Judul: Bila Anak Cemburu
Penulis: Michelle Kennedy
Alih Bahasa: EkaCahyani,S.Hum
Penerbit : Erlangga for Kids




Selasa, 18 Februari 2014

Betang: Romantisme yang pas di hati



Judul : Betang, Cinta yang Tumbuh dalam Diam
Penulis : Shabrina Ws
Penerbit : PT Elex Media Komputindo
Tebal : 175 halaman
ISBN : 978-602-02-2389-6
Harga : Rp 29.600

Tak masalah duduk di haluan atau buritan, asal kau, tetap menggerakkan dayungmu!.

***

Danum lahir dan besar di rumah Betang (rumah adat Kalimantan). Diajatuh cinta pada dayung sejakpertama kali memilikinya. Bersama Dehen, sahabatnya, mereka menyusuri sungai-sungai, beradu kecepatan.

Atlet nasional! Keliling dunia! Dan mengibarkan merah putih di negeri orang! Keinginan Dehen menular padanya.

Tapi, semua tak semudah yang dia bayangkan.- Ketika Dehen telah sampai di Pelatnas, Danum harus menerjm'a kenyataan berkali-kali gagal di tingkat daerah.

Hingga ketika kesempatan itu datang, waktu justru mem-pertemukannya dengan berbagai pilihan.

Tetap tinggal demi orang yang dicintainya, atau pergi demi eita-citanya?

Memelihara benci pada sosokyang telah meninggalkannya, atau memaafkan dan mengambil ladang surga?

Menyimpan rapat perasaan yang telah mengendap di hatinya atau melihat sahabatnya terluka?

Dia penah berkali-kali gagal. Dia pernah berkali-kali kehilangan. Pada akhirnya waktu memberinya pelajaran, bahwa hidup sempurna , bukan berarti semua betjalan sesuai keinginannya
=======
Ditengah kesibukan yang meningkat, aku melirik puluhan buku yang belum terbaca. Dan memilih Betang, pada pilihan pertama. Alasannya simple: bukunya imut dan pengarangnya Mba Brien gitu loh ^_^. Ya setelah membaca Always be in your heart dulu, aku benar-benar menantikan karya mba Brien selanjutnya.

Betang, terselesaikan  kurang dari satu jam. Dan perasaanku saat itu “hah? Udah selesai?” kalu boleh meminta, maunya sih betang bisa lebih tebal lagi xixixi.
Untuk mengomentari Betang dalam satu kata aku Cuma punya kata “PAS”. 

Betang itu pas di hati. Kalu Always be in your heart bagiku menghadirkan romantisme yang “anggun”, Betang ini menghadirkan romantisme yang hangat. Gak penuh bunga-bunga, sederhana, tapi terasa hangatnya hingga di hati. 

Betang itu Pas di logika. Gak dangkal juga gak lebay kayak sinetron. Konfliknya gak meledak-ledak tapi justru terasa real hingga mampu menyeret emosi pembaca.

Betang itu Pas motivasinya. Tidak cengeng juga tidak membuai dengan mimpi-mimpi. Keberhasilan itu perlu kerja keras. Gak ada mimpi yang bisa terwujud jika kita hanya bermimpi.

Betang itu pas islaminya. Gak menggurui tapi pesannya dapet. Benar-benar sebuah novel islami yang mencerahkan dengan cara yang pas. 

 Membaca Betang, di benakku berkelindan semua kenangan bersama almarhum kaiku. Kai yang cerewet tapi sangat menyayangi cucu-cucunya. 

Membaca Betang, aku juga teringat sebuah rumah betang tak berpenghuni yang ada di daerahku. Yang sejak bisa mengingat rasanya rumah itu sudah tak berpenghuni dan kami entah bagaimana asal mulanya justru menyebutnya rumah Abunawas. Sekarang rumah betang ini sisa puing-puing, di sekitarnya sudah banyak dibangun rumah batu. Aku sempat bertanya-tanya kenapa masih dipertahankan oleh pemiliknya. Membaca Betang, aku jadi berpikir mungkin rumah Betang itu juga punya kenangan tersendiri sehingga pemiliknya masih terus mempertahankannya (meski rumornya itu rumah berhantu makanya gak bisa dirubuhin xixixi).

Dan, kalu gak kenal Mba Brien aku pasti mengira beliau ini asli Kalimantan. Penggunaan bahasa daerahnya, deskripsi setting, sampai pesan lingkungannya dapet banget. Kalu toh ada yang mengganjal saat membacanya cuman penggunaan kata “cowok”. Kata yang gak pas dengan kekalimantanan yang menyelimuti si Danum itu. Mungkin lebih pas dengan kata lelaki,pria, atau laki-laki. Gak penting banget deh, cuman rasanya aku yang lahir dan tumbuh besar dikalimantan ini memang asing dengan penggunan idiom tersebut. jadinya kalimatnya terasa janggal. Tapi asli gak mempengaruhi sama sekali kekerenan buku ini.

4 bintang dariku. Keep writing mba Brien. Semoga karya-karyamu semakin berkah dan menjadi amal jariyah bagimu…