sinopsis:
Fahri, yang kini tinggal di Edinburgh dan bahkan menjadi dosen di University of Edinburgh, terpaksa menjalani ke hidupan sehari-harinya sendirian. Bersama dengan Paman Hulusi, asisten rumah tangganya yang berdarah Turki, ia meneruskan kehidupannya tanpa Aisha.
Terkadang Fahri masih saja menangis saat mengingat kenangan-kenangannya bersama Aisha. Kenyataan bahwa istri yang sangat dicintainya itu kini menghilang entah kemana, membuatnya nelangsa dan hampir putus asa. Maka ia menghabiskan hari-harinya dengan menenggelamkan diri dalam kesibukan pekerjaan, penelitian, mengajar, dan bisnis yang dulu dikelola berdua bersama Aisha.
Aisha menghilang dalam sebuah perjalanan ke Palestina bersama teman wanitanya saat ingin membuat cerita dan reportase tentang kehidupan di sana. Teman Aisha ditemukan dalam keadaan sudah kehilangan nyawa dan kondisi tubuh yang mengenaskan dan sangat mungkin kondisi Aisha juga sama meski tubuhnya belum ditemukan saat ini.
Sudah lebih dari dua tahun Fahri berduka dan tenggelam dalam usaha pencarian istri yang sanagat dicintainya itu. Ia pun pindah ke Edinburgh karena itulah kota yang sangat disukai Aisha di dataran Inggris. Dengan menyibukkan dirinya, ia berusaha menyingkirkan rasa sedihnya sekaligus memperbaiki citra Islam dan muslim di negeri dunia pertama itu. Ia berbuat baik pada tetangganya, menyebarkan ilmu agama pada berbagai pihak, dan membantu orang-orang yang butuh bantuannya tanpa memandang bulu.
Berbagai kegiatan menyibukkan dirinya, hingga sebuah pertanyaan mengusik datang dari berbagai pihak. Akankah ia membujang seumur hidup setelah ditinggal Aisha? Akankah ia bertemu dengan istrinya itu sekali lagi?
-----------------------------------
Islam???
Mendengar kata itu apa yang terlintas di benak kalian??? Teroris? Tukang debat
yang nyolot, tapi minim referensi? Kaum “sok yes” yang merasa paling benar
sehingga abai akan hak orang lain? atau justru umat yang besar tapi senantiasa
berseteru satu sama lain??
Oh, hai
jangan memerah marah membacanya kawan, semua itu adalah potret nyata wajah umat
islam kekinian, di Indonesia khususnya. Benar, kita masih melihat umat islam
yang saling bercengkrama dengan indahnya, membangun ukhuwah yang erat hingga
bagaikan satu tubuh, di mana satu bagian tersakiti maka seluruh bagian tubuh
lainnya akan pula terasa sakit. Tapi lihatlah, ukhuwah indah itu hanya berlaku
dalam zona terbatas. Begitu keluar dari zona mereka, islam yang mereka sandang
adalah islam yang memusuhi, islam yang menyalahkan, islam yang mengkafirkan,
bahkan islam yang menghalalkan darah orang lain. Ya, Umat Islam yang eksis saat
ini, adalah umat besar yang saling mengedepankan perbedaan dan meninggalkan
persatuan. Miris!!!
Kang Abik,
melalui Ayat-Ayat Cinta 2 mengajak pembacanya untuk merenungi fenomena ini.
“Ada kesenjangan serius antara ajaran islam yang luhur dan sempurna dengan
perilaku umat islam yang jauh dari nilai-nilai Islam. Bahkan (cahaya) Islam,
tertutup oleh (perilaku buruk) umat islam itu sendiri.”
Meski
diturunkan sebagai agama penyempurna, dengan ajaran luhur lagi mengayomi
seluruh permasalahan dunia akhirat, dalam kenyataannya sedikit pemeluknya yang
sudah menjalankannya secara kaffah. Boro-boro menjalankannya, memahaminya pun
mungkin tidak. Bagaimana bisa memahaminya, jika mengilmuinya pun belum.
Seolah
melecut semangat menimba ilmu kaum Muslim kekinian, kisah AAC 2 ini kental
dengan nuansa akademis. Dalam beberapa bagian kisah AAC 2 ini, Fahri di
hadapkan dalam debat ilmiah. Bukan debat sembarang debat, ia berdebat dengan
perwakilan yahudi radikal, yang meyakini bahwa merekalah bangsa pilihan, dan semua
penghalang mereka adalah golongan Amalek yang harus ditumpas.
Dalam kesempatan lain Fahri harus pula berdebat dengan pakar-pakar yang
menyamakan semua agama, dan pakar yang justru meniadakan semua agama. Bagian
ini seharusnya cukup menyentil pembaca, bahwa umat islam itu wajib cerdas ^_^,
Islam itu bukan "sekedar" Syahadat, sholat, puasa, zakat, plus naik
haji bagi yang mampu. Tapi Islam, seyogyanya mencerdaskan dan
menyejahterakan pemeluknya serta umat-umat yang berada di sekelilingnya.
Dibandingkan
buku pertama, AAC 2 ini jauuuh lebih tebal ya ^_^, yang pasti semakin
"mature", konfliknya lebih "berat" sekaligus memuat pesan
moral yang juga lebih "berani". Tidak sekedar urusan personal,
memperbaiki diri, hingga menemukan "kawan" sejati, tapi AAC 2 hadir
dengan konflik sosial yang lebih majemuk. Penulisnya dengan berani
mengangkat isu-isu sensi dengan pemahaman yang luar biasa luasss sekaligus
tetap legit untuk tidak menjadikannya sekelas kitab berat yang tak sanggup
dilahap orang kebanyakan.
Kalu dulu aku agak apatis, lantaran menganggap Fahri itu tokoh
yang "malaikat" banget. Sekarang aku bersyukur, meski tokoh
imajinatif, tapi Fahri berhasil menjadi role model muslim yang menjadi
rahmatan lil alamin. Fahri-Aisha-Sabina ini bukan tokoh-tokoh serupa
malaikat, tapi mereka prototype dari akhlak seorang muslim sejati.
Dan aku sangat sepakat dengan pandangan Kang Abik yang tertuang apik
dalam buku ini, seseorang yang beragama dengan sereligius-relegiusnya
akan mampu menciptakan kedamaian di muka bumi ini. Dan seorang muslim yang
mendalami ajaran agamanya akan menjelma menjadi manusia yang penyayang,
semakin ia memahami islam, maka semakin penyayang ia, bukannya menjadi
teroris ( i told before that terrorists are not muslim) .
Tak panjang katalah, AAC 2 insyaallah mampu melecut semangat para
pembacanya untuk menjadi muslim yang lebih taat, lebih cerdas, dan
bermanfaat bagi sekitarnya.
Semoga melalui kisah Fahri dalam Ayat-ayat cinta 2 ini, akan
bermunculan Fahri-Fahri nyata yang bersinergi bersama untuk mewujudkan
peradaban Islam di muka bumi.
Barokallahu fiik....insyaallah menjadi amal jariyah bagi penulisnya.
Judul | Ayat-Ayat Cinta 2 |
No. ISBN | 2010000934227 |
Penulis | Habiburrahman El Shirazy |
Penerbit | Republika |
Tanggal terbit | November - 2015 |
Jumlah Halaman | 690 |
Berat Buku | 900 gr |
Jenis Cover | Soft Cover |