Senin, 10 Februari 2014
Last Roommate: Buku ringan dengan misi berbahaya
My rating: 1 of 5 stars
Pada awalnya saya menikmati membaca buku ini. Kita bisa mengenal karakter manusia yang beragam melalui tokoh-tokoh di buku ini.
Renata, gadis yang dianggap terlalu naif, terlalu biasa dan hidup dengan cara membosankan. Rendah diri, tidak bisa mengatakan “tidak” pada hal-hal yang seharusnya tidak harus dilakukannya membuatnya seringkali dimanfaatkan teman sekantornya.
Juga teman seapartemen Renata yang berganti-ganti. Dari Scarlett yang bermulut manis namun penuh bisa, Magnolia yang mengalami ketidakpercayaan diri super akut dan akhirnya memilih hidup di alam imaji yang serba ideal, Andrea yang oportunis hingga Nesta yang mengaku gay.
Dan bersama Nestalah, akhirnya Renata menemukan hal-hal istimewa dalam dirinya sendiri. Hei, bukankah setiap orang memiliki kelebihan masing-masing?
Belajar dari karakter Renata yang terbentuk dari cara orang tuanya memperlakukan setiap pencapaiannya dengan cara negatif, aku menggaris bawahi sepetik hikmah agar menjadi orang tua yang bijaksana. Bantulah anak menemukan kelebihannya hingga ia bisa menyukai dirinya sendiri dan kemudian supportlah anak dengan cara positif. Karena bagaimana seorang ibu/ayah memperlakukan anak-anak mereka, dengan cara demikianlah karakter mereka terbentuk hingga dewasa.
Awalnya aku benar-benar menyukai buku ini loh. Terlebih banyak hal positif yang juga bertebaran, tentang bagaimana kita merasa nyaman dengan diri kita sendiri.
“Nggak susah untuk bikin dirimu bahagia. Kamu hanya harus menerima dirimu apa adanya dan berkembang dengan segala kondisi itu” (hal 180)
Sayangnya premis inilah yang dijadikan pelegalan untuk sebuah hubungan yang “menyimpang”.
“Bahagiakah aku setelah aku mengenal, menyadari dan akhirnya berani menjadi diriku sendiri?
Ya. Aku sangat bahagia.
Jadi, tidak bisakah aku ikut bahagia bersama Calista dan Gladys yang memutuskan menjadi diri mereka sendiri?
Seharusnya begitu.seharusnya” (hal 181)
Dan buku ini bertutur dengan kalimat-kalimat segar, yang membuat pembaca nyaman dan sangat menikmati, membuatnya terlalu asyik dibaca. Hingga diakhir buku pembaca akan terhipnotis dan menarik kesimpulan bahwa hubungan”menyimpang” tersebut sah-sah saja dan seharusnya bisa diterima.
Sayang sekali setitik nila ini, menjadikan stigma awal saya yang penuh kekaguman terjun bebas, dan Saya lantas memandang roommate sebagai Sebuah buku ringan dengan misi berbahaya.
Semoga kedepannya penulis dan penerbit bisa lebih memperhatikan muatan moral yang terkandung dalam buku-buku yang diterbitkannya.
View all my reviews
Mengenai Saya
My other blog
- Bincang buku (4)
- buku anak (1)
- fiksi (12)
- fiksi islami (5)
- Lomba resensi BAW (3)
- non fiksi (8)
- novel (5)
- parenting (3)
- Wishlist book (1)
Blog Archive
-
▼
2014
(24)
-
▼
Februari
(8)
- Atasi kecemburuan anak, tumbuhkan semangat berbagi
- Betang: Romantisme yang pas di hati
- Toddlercare: Pedoman Merawat Balita
- Surga Yang Terlarang by Leyla Hana My rating: 4 o...
- Last Roommate: Buku ringan dengan misi berbahaya
- Geek in High Heels by Octanh My rating: 2 of 5 st...
- LOMBA RESENSI BUKU PENULIS BE A WRITER INDONESIA D...
- The Marriage Roller Coaster: Nikmati naik turun pe...
-
▼
Februari
(8)
Entri Populer
-
Berapa sering anda membacakan cerita untuk anak-anak anda? Membacakan cerita untuk anak-anak kita adalah salah satu cara bercengkrama yan...
-
Setelah Nikki and Heather Wells series, aku penasaran dengan Queen of babble series. Belum dapat satu pun. Belum sempat ngubek-ngubek olsh...
-
Judul: Rahasia Pelangi Penulis: Riawani Elyta & Shabrina WS Editor: Bernard Batubara & Yulliya Cetakan: Pertama, 2015 Pe...
-
Seiring pertumbuhan anak, orang tua memiliki makin banyak pengalaman sehingga makin percaya diri dan terampil. Tetapi ketika si bayi me...
-
Cemburu adalah dosa yang paling rentan dialami perempuan. Uniknya perasaan ini justru tumbuh saat berinteraksi dengan sesama kaumnya...
-
Kaget, tiba-tiba satpam kantor nganterin paket buku. Perasaan buku orderanku belum dikirim sama salah satu olshop buku langgananku. lebih ...
-
The Coffee Memory by Riawani Elyta My rating: 3 of 5 stars Buku ini menguarkan aroma kopi bahkan sebelum membuka lembar pertamanya. T...
Last Roommate: Buku ringan dengan misi berbahaya
Last Roommate by Theresia Anik
My rating: 1 of 5 stars
Pada awalnya saya menikmati membaca buku ini. Kita bisa mengenal karakter manusia yang beragam melalui tokoh-tokoh di buku ini.
Renata, gadis yang dianggap terlalu naif, terlalu biasa dan hidup dengan cara membosankan. Rendah diri, tidak bisa mengatakan “tidak” pada hal-hal yang seharusnya tidak harus dilakukannya membuatnya seringkali dimanfaatkan teman sekantornya.
Juga teman seapartemen Renata yang berganti-ganti. Dari Scarlett yang bermulut manis namun penuh bisa, Magnolia yang mengalami ketidakpercayaan diri super akut dan akhirnya memilih hidup di alam imaji yang serba ideal, Andrea yang oportunis hingga Nesta yang mengaku gay.
Dan bersama Nestalah, akhirnya Renata menemukan hal-hal istimewa dalam dirinya sendiri. Hei, bukankah setiap orang memiliki kelebihan masing-masing?
Belajar dari karakter Renata yang terbentuk dari cara orang tuanya memperlakukan setiap pencapaiannya dengan cara negatif, aku menggaris bawahi sepetik hikmah agar menjadi orang tua yang bijaksana. Bantulah anak menemukan kelebihannya hingga ia bisa menyukai dirinya sendiri dan kemudian supportlah anak dengan cara positif. Karena bagaimana seorang ibu/ayah memperlakukan anak-anak mereka, dengan cara demikianlah karakter mereka terbentuk hingga dewasa.
Awalnya aku benar-benar menyukai buku ini loh. Terlebih banyak hal positif yang juga bertebaran, tentang bagaimana kita merasa nyaman dengan diri kita sendiri.
“Nggak susah untuk bikin dirimu bahagia. Kamu hanya harus menerima dirimu apa adanya dan berkembang dengan segala kondisi itu” (hal 180)
Sayangnya premis inilah yang dijadikan pelegalan untuk sebuah hubungan yang “menyimpang”.
“Bahagiakah aku setelah aku mengenal, menyadari dan akhirnya berani menjadi diriku sendiri?
Ya. Aku sangat bahagia.
Jadi, tidak bisakah aku ikut bahagia bersama Calista dan Gladys yang memutuskan menjadi diri mereka sendiri?
Seharusnya begitu.seharusnya” (hal 181)
Dan buku ini bertutur dengan kalimat-kalimat segar, yang membuat pembaca nyaman dan sangat menikmati, membuatnya terlalu asyik dibaca. Hingga diakhir buku pembaca akan terhipnotis dan menarik kesimpulan bahwa hubungan”menyimpang” tersebut sah-sah saja dan seharusnya bisa diterima.
Sayang sekali setitik nila ini, menjadikan stigma awal saya yang penuh kekaguman terjun bebas, dan Saya lantas memandang roommate sebagai Sebuah buku ringan dengan misi berbahaya.
Semoga kedepannya penulis dan penerbit bisa lebih memperhatikan muatan moral yang terkandung dalam buku-buku yang diterbitkannya.
View all my reviews
1 komentar:
Waduh :(
@Brin
Posting Komentar