Cinta dan patah hati adalah dua hal berlawanan tapi sukar
untuk dipisahkan. Siapapun yang mengaku pernah mengecap cinta pastilah pernah
pula mencecap patah hati, kecewa minimal.
Tak menjadi soal sebenarnya, karena saya sepakat dengan isi
buku ini,
“…apapun
di dunia ini pasti akan menemui hambatan dan memiliki resiko kegagalan. Tapi simaklah
pepatah penawar ini: Kegagalan adalah
keberhasilan yang tertunda. Maka nikmatilah semuanya sebagai proses.” (hal
35)
“…Nikmati
saja prosesnya. Selama kemarahan tersebut diarahkan pada hal-hal yang baik maka
semuanya akan berujung kebaikan pula” (hal 36)
Buku Move on ini,
mengajak pembaca mengenali bermacam-macam jenis cinta, dan pada akhirnya
menyadarkan pembaca, bahwa cinta tertinggi hanyalah untuk Allah.
Kita
tak berhak menjadikan manusia atau benda apapun sebagai hal yang paling kita
cinta melebihi apapun. Sebab cinta yangterlahir tanpa adanya keimanan, tanpa
menempatkan cinta tersebut sesuai porsinya dan tidak menempatkan Allah di
piramida cinta yang tertinggi, hanya akan menimbulkan cinta buta. Cinta yang
tidak memperdulikan benar atau salah. Cinta yang hanya mengikuti keinginan
hati.
(hal9-10)
Selanjutnya, penulis mengajak
pembaca mengendalikan rasa marah dengan merenungkan salah satu hadist
Rasulullah saw.
“Dari abu
Hurairah ra.: Seseorang berkata kepada
Nabi saw, “berwasiatlah kepadaku.” Beliau bersabda, “Jangan Marah!” Orang itu mengulangi
perkataannya beberapa kali dan beliau bersabda , ‘Jangan marah!”
(HR
Bukhari)
Imam Nawawi rohimahulloh mengatakan, “Makna jangan marah yaitu
janganlah kamu tumpahkan kemarahanmu.”
Bagaimanapun marah itu pada hakikatnya adalah tabiat dasar
manusia sehingga larangan yang termaktub dalam hadist tersebut tidaklah tertuju
pada rasa marah itu sendiri,melainkan agar kita menguasai diri ketika rasa
marah itu muncul sehingga kemarahan tersebut tidak menimbulkan dampak yang tidak baik
dan bisa jadi kita sesali di kemudian hari.
Penulis juga memberi beberapa tips sesuai tuntunan Nabi saw
dalam menanggulangi kemarahan yang tengah mengguncang jiwa. Sekaligus mengajak
pembaca untuk memanfaatkan energi meluap-luap dari kemarahan itu untuk
melakukan hal-hal baik. Sehingga kemarahan itu menjadi sebuah marah yang
positif.
Selanjutnya penulis menyajikan kisah-kisah nyata mereka yang
menggunakan energi marah dari kekecewaan sebagai stimulus untuk membalik
keadaan dan menjadi orang sukses yang akhirnya berbahagia. Kisah nyata yang
benar-benar mampu memberi ibrah bagi pembacanya.
Ditutup dengan 8 langkah untuk move on, buku ini sekali lagi
memberi pencerahan bahwa bersama kesulitan, selalu ada kemudahan.
Jadi ketika cintamu berujung pada kekecewaan, jangan bersedih
kawan. Just Move On! Kegagalan
cintamu adalah sebuah proses untuk menemukan cinta sejatimu ^_^, insyaallah.
Judul: MOVE ON! sebab Kecewa berarti kalah
Penulis: Elita Duatnofa & Ita D. Azly
Penerbit: QultumMedia
ISBN: 979-017-268-0
Tahun: Oktober 2013
6 komentar:
Makasih banyak sudah ikutan mbaaak, waaaah peserta pertama nih. Ada reward khusus ga ya... Ehm ehm. :D
whahaha.... peserta pertama tapi resensinya gak mantap.
aiiih...kalu dikasih reward khusus bolehlah,sekotak coklatpun jadi whehehe
Wah mbaak..keren banget, gimana cara bikin review novel yang apik, santun dan berkualitas...slm kenal yaa mba :)
walah christ....resensiku mah tergantung mood gak mengikuti kaidah resensi yg baik dan benar hehehe
salam kenal balik yaaa....
mantap kak, semoga ini bisa jadi inspirasi bagi semua, salam kenal
Cinta tertinggi hanyalah untk Allah... kayaknya buku ini bagus banget dah... coba tak cari di gramedia apa masih ada
Posting Komentar