Dear Bodyguard by Riawani Elyta
My rating: 4 of 5 stars
Pilihan yang kita pilih dalam suatu titik krusial dalam kehidupan kita, akan merubah arah perjalanan hidup itu hingga jauh ke depannya. Memilih bertahan dalam kondisi buruk dan menderita kemungkinan besar akan membuat kita terus terpuruk dan tidak menjadi apa-apa bagi siapapun. Meski tak pula menutup kemungkinan takdir akan berbaik hati merubah angin kehidupan kita dengan sendirinya. Meski lebih sesuai sunnatullah bahwa “Allah akan merubah keadaan kita, jika kita sendiri berusaha merubah kondisi tersebut”. Saat kita memberanikan diri mengambil keputusan penting dan melakukan perubahan luar biasa yang insyallah demi kebaikan maka yakinlah Allah akan tetap membersamai kita.
Dear bodyguard, memaparkan dengan ciamik tokoh Aline, yang memilih mengakhiri pernikahannya yang dipenuhi KDRT. Dan dalam 3 tahun penuh tempaan sukses bertransformasi menjadi seorang bodyguard andal.
Lika-liku kehidupan seorang bodyguard wanita di Indonesia mungkin masih terbilang langka, terang saja mengawali kisah ini angan saya justru mengembara ke beberapa adegan drama korea yang memang sering mengisahkan bodyguard ataupun spy agent berjenis kelamin wanita.
Terasa sedikit berbeda dengan novel-novel pendahulunya , yang punya kekuatan setting super detail. Sampai tengah-tengah novel aku masih bertanya-tanya “eh ini dimana sih settingnya?”. Dan belakangan baru nyadar bahwa all of it happened in Jakarta, dan untuk endingnya di singapore ^_^.
Serunya, novel ini justru terasa visualisasinya. Membaca setiap paragraf layaknya melihat siaran langsung. Adegan perkelahian yang seru, perebutan senjata, tembak menembak, sampai tendangan silang khas Aline. Semuanya menyeret emosi pembaca, khususnya yang menyukai genre serupa.
Seperti juga tulisan lainnya, Riawani Elyta tak sekedar menyuguhkan entertainment dalam setiap karyanya. Isu-isu social tak luput terselip dengan pas.
Aline yang menerima job mengawal duo saudara Teddy (sang manajer) dan Jenny( seorang bintang yang tengah meroket populitasnya, terperangkap dengan loyalitas pekerjaan. Aline diharuskan bertaruh nyawa untuk melindungi klien yang ternyata memiliki bisnis sampingan dan menjadi target penyelidikan. Dalam kekisruhan tersebut Aline berkenalan dengan Kevin, seorang private investigation. Dari sini, pola (atau ciri khas?) penulis terasa terulang. Tokoh wanita dalam karya-karyanya cenderung memiliki 2 penggemar dalam urusan romansa ^_^.
Rendahnya kepercayaan masyarakat atas kekuatan supremasi hukum di Indonesia tertuang dalam kisah ini. Bagaimana Teddy dan Jenny justru memilih menyewa bodyguard yang bertarif mahal, ketimbang meminta perlindungan aparat keamanan.
Jika boleh membandingkan, dari beberapa novel yang pernah kubaca dan juga memuat unsur “protes” dan atau “keluhan” atas kebijakan dan kondisi Indonesia, seperti halnya Dear Bodyaguard, hal itu semata-mata menyatakan keluhan. Tapi beberapa novel lain tidak demikian. Seperti Crying winter karya Mell shaliha, nada protes mereka tetap terimbangi dengan harapan untuk Indonesia yang lebih baik, nasionalisme dan kebanggaan terhadap Indonesia masih bisa terasa. Pun dalam novel Fortune cookies terbitan Gagas (maaf lupa penulisnya) yang justru dengan berani memunculkan kota imajiner berdampingan dengan Jakarta, dimana kota imajiner tersebut menawarkan solusi untuk beragam “kekusutan” di Jakarta.
Tapi seperti karya-karya sebelumnya pula, penulis cenderung menawarkan sesuatu yang baru dalam setiap karyanya. Profesi pengawal wanita dan detektif swasta. Sebuah perpaduan yang romantis menurut saya ^_^.
Mungkin karena bertajuk Bodyguard, maka profesi pengawal wanita lebih terekspos dengan detail. Sementara untuk bagian sang detektif swasta, di beberapa bab berbeda, penjelasan yang sama masih terus terulang. Meski dijelaskan detektif swasta ini tidak melulu mengurusi masalah perselingkuhan seperti yang dibayangkan masyarakat umum, tapi juga masalah-masalah besar dan disewa oleh orang “penting” pula, yang tertangkap oleh saya justru sebaliknya ya. Progress si detektif swasta ini terasa biasa-biasa saja. Detil spy dan mengorek informasi nya kurang greget dibandingkan kecakapan Dean sebagai hacker di PNG.
Pun demikian Dear bodyguard bagiku, salah satu karya penulis yang kujatuhi cinta ^_^. Tidak melulu berbicara tentang romansa, tapi memuat nilai-nilai kehidupan dalam jalinan kisah luar biasa dengan beragam latar belakang tokoh-tokohnya.
Dan entah mengapa hati saya ikut membuncah bahagia tatkala membaca kalimat singkat Aline: “sepertinya, kita masih punya peluang….” Kalimat singkat nan sederhana tapi berhasil menyuguhkan ending romantis yang "makjleb" di hati.
Akhirnya, saya hanya bisa merekomendasikan buku ini bagi anda yang menyukai bacaan-bacaan bermutu…*_^.
View all my reviews
My rating: 4 of 5 stars
Pilihan yang kita pilih dalam suatu titik krusial dalam kehidupan kita, akan merubah arah perjalanan hidup itu hingga jauh ke depannya. Memilih bertahan dalam kondisi buruk dan menderita kemungkinan besar akan membuat kita terus terpuruk dan tidak menjadi apa-apa bagi siapapun. Meski tak pula menutup kemungkinan takdir akan berbaik hati merubah angin kehidupan kita dengan sendirinya. Meski lebih sesuai sunnatullah bahwa “Allah akan merubah keadaan kita, jika kita sendiri berusaha merubah kondisi tersebut”. Saat kita memberanikan diri mengambil keputusan penting dan melakukan perubahan luar biasa yang insyallah demi kebaikan maka yakinlah Allah akan tetap membersamai kita.
Dear bodyguard, memaparkan dengan ciamik tokoh Aline, yang memilih mengakhiri pernikahannya yang dipenuhi KDRT. Dan dalam 3 tahun penuh tempaan sukses bertransformasi menjadi seorang bodyguard andal.
Lika-liku kehidupan seorang bodyguard wanita di Indonesia mungkin masih terbilang langka, terang saja mengawali kisah ini angan saya justru mengembara ke beberapa adegan drama korea yang memang sering mengisahkan bodyguard ataupun spy agent berjenis kelamin wanita.
Terasa sedikit berbeda dengan novel-novel pendahulunya , yang punya kekuatan setting super detail. Sampai tengah-tengah novel aku masih bertanya-tanya “eh ini dimana sih settingnya?”. Dan belakangan baru nyadar bahwa all of it happened in Jakarta, dan untuk endingnya di singapore ^_^.
Serunya, novel ini justru terasa visualisasinya. Membaca setiap paragraf layaknya melihat siaran langsung. Adegan perkelahian yang seru, perebutan senjata, tembak menembak, sampai tendangan silang khas Aline. Semuanya menyeret emosi pembaca, khususnya yang menyukai genre serupa.
Seperti juga tulisan lainnya, Riawani Elyta tak sekedar menyuguhkan entertainment dalam setiap karyanya. Isu-isu social tak luput terselip dengan pas.
Aline yang menerima job mengawal duo saudara Teddy (sang manajer) dan Jenny( seorang bintang yang tengah meroket populitasnya, terperangkap dengan loyalitas pekerjaan. Aline diharuskan bertaruh nyawa untuk melindungi klien yang ternyata memiliki bisnis sampingan dan menjadi target penyelidikan. Dalam kekisruhan tersebut Aline berkenalan dengan Kevin, seorang private investigation. Dari sini, pola (atau ciri khas?) penulis terasa terulang. Tokoh wanita dalam karya-karyanya cenderung memiliki 2 penggemar dalam urusan romansa ^_^.
Rendahnya kepercayaan masyarakat atas kekuatan supremasi hukum di Indonesia tertuang dalam kisah ini. Bagaimana Teddy dan Jenny justru memilih menyewa bodyguard yang bertarif mahal, ketimbang meminta perlindungan aparat keamanan.
Jika boleh membandingkan, dari beberapa novel yang pernah kubaca dan juga memuat unsur “protes” dan atau “keluhan” atas kebijakan dan kondisi Indonesia, seperti halnya Dear Bodyaguard, hal itu semata-mata menyatakan keluhan. Tapi beberapa novel lain tidak demikian. Seperti Crying winter karya Mell shaliha, nada protes mereka tetap terimbangi dengan harapan untuk Indonesia yang lebih baik, nasionalisme dan kebanggaan terhadap Indonesia masih bisa terasa. Pun dalam novel Fortune cookies terbitan Gagas (maaf lupa penulisnya) yang justru dengan berani memunculkan kota imajiner berdampingan dengan Jakarta, dimana kota imajiner tersebut menawarkan solusi untuk beragam “kekusutan” di Jakarta.
Tapi seperti karya-karya sebelumnya pula, penulis cenderung menawarkan sesuatu yang baru dalam setiap karyanya. Profesi pengawal wanita dan detektif swasta. Sebuah perpaduan yang romantis menurut saya ^_^.
Mungkin karena bertajuk Bodyguard, maka profesi pengawal wanita lebih terekspos dengan detail. Sementara untuk bagian sang detektif swasta, di beberapa bab berbeda, penjelasan yang sama masih terus terulang. Meski dijelaskan detektif swasta ini tidak melulu mengurusi masalah perselingkuhan seperti yang dibayangkan masyarakat umum, tapi juga masalah-masalah besar dan disewa oleh orang “penting” pula, yang tertangkap oleh saya justru sebaliknya ya. Progress si detektif swasta ini terasa biasa-biasa saja. Detil spy dan mengorek informasi nya kurang greget dibandingkan kecakapan Dean sebagai hacker di PNG.
Pun demikian Dear bodyguard bagiku, salah satu karya penulis yang kujatuhi cinta ^_^. Tidak melulu berbicara tentang romansa, tapi memuat nilai-nilai kehidupan dalam jalinan kisah luar biasa dengan beragam latar belakang tokoh-tokohnya.
Dan entah mengapa hati saya ikut membuncah bahagia tatkala membaca kalimat singkat Aline: “sepertinya, kita masih punya peluang….” Kalimat singkat nan sederhana tapi berhasil menyuguhkan ending romantis yang "makjleb" di hati.
Akhirnya, saya hanya bisa merekomendasikan buku ini bagi anda yang menyukai bacaan-bacaan bermutu…*_^.
View all my reviews
1 komentar:
ceritanya unik, jarang ada :)
Posting Komentar