Surga Yang Terlarang by Leyla Hana
My rating: 4 of 5 stars
Menilik ketebalan buku, gaya bertutur, alur yang runtun dari masa kuliah, konflik pra pernikahan hingga pasca pernikahan, mau tak mau aku teringat jean-sofia. Rasanya lamaaa sekali hingga akhirnya mba Leyla kembali menelurkan novel dengan “rasa” serupa namun dengan feel lebih dalam dan penggarapan konflik dan setting yang jauh lebih matang.
Setelah dulu membaca jean- sofia, aku membaca beberapa karya mba Leyla lainnya yang terbit dalam rentang tersebut. Sebut saja Cinderella syndrome, Jakarta to Frankfurt, dan Perjanjian yang kuat. Ketiga novel tersebut tentu tak dapat menyaingi ketebalan jean- sofia. Kisah-kisahnya memang tak kalah menarik namun “rasa”-nya sedikit berbeda.
Membaca Surga yang terlarang, aku menemukan kembali perasaan tersentuh, air mata yang memenetes, juga romantika yang syahdu. Aku tidak menemukan kalimat yang pas untuk menggambarkan ”rasa” tersebut yang pasti kesannya seperti meninggalkan embun di sudut hati.
Lepas dari kesan-kesan perasaanku yang gak jelas itu, aku takjub dengan jalinan kisah ini. Mba Leyla telah melakukan peningkatan luar biasa pada kualitas karakter tokoh-tokohnya, jalinan konflik yang tetap logis dan setting yang terpapar dengan lebih baik.
Sebagian kisah ini mengingatkanku pada sebuah ironi ketika melihat suami yang terlihat begitu peduli dan sibuk dengan umat justru tak menyadari kefuturan di lingkungan terdekatnya. Dan baru menyesal ketika hal-hal yang tak diinginkan terjadi pada keluarganya.
Halnya pilihan Furqon dalam kisah ini, aku tak kuasa menjudge bahwa pilihan tersebut adalah sebuah pilihan yang menzholimi hak istrinya. Namun sebagai wanita, perasaan Nazma jelas membuat gerimis di hatiku. Sungguh sikap Nazma di sini layaklah dijadikan perenungan bagi wanita-wanita muslimah agar lebih ikhlas dan ridho dalam mendukung setiap pilihan jihad suami tercinta.
Ending kisah ini juga membuatku lega. Lega karena penulis ternyata tidak menyuguhkan ending sesuai dugaanku. Di titik tertentu aku menduga (dan berjanji untuk mengkritik habis-habisan jika dugaanku terbukti ^_^) bahwa penulis akan berusaha menyatukan kembali hati yang telah terpisah.
Dan, pada kenyataannya penulis berhasil menyuguhkan kisah ini dengan menyentuh, manis dan menghadirkan ending yang tidak klise.
Benar-benar sebuah kisah yang layak baca.
Bagaimanapun roda perbukuan Indonesia berputar, aku berharap seorang Leyla hana tetap bisa konsisten untuk menulis kisah-kisah yang menyejukkan seperti kisah SYT ini.
Keep writting mba Leyla…..
View all my reviews
My rating: 4 of 5 stars
Menilik ketebalan buku, gaya bertutur, alur yang runtun dari masa kuliah, konflik pra pernikahan hingga pasca pernikahan, mau tak mau aku teringat jean-sofia. Rasanya lamaaa sekali hingga akhirnya mba Leyla kembali menelurkan novel dengan “rasa” serupa namun dengan feel lebih dalam dan penggarapan konflik dan setting yang jauh lebih matang.
Setelah dulu membaca jean- sofia, aku membaca beberapa karya mba Leyla lainnya yang terbit dalam rentang tersebut. Sebut saja Cinderella syndrome, Jakarta to Frankfurt, dan Perjanjian yang kuat. Ketiga novel tersebut tentu tak dapat menyaingi ketebalan jean- sofia. Kisah-kisahnya memang tak kalah menarik namun “rasa”-nya sedikit berbeda.
Membaca Surga yang terlarang, aku menemukan kembali perasaan tersentuh, air mata yang memenetes, juga romantika yang syahdu. Aku tidak menemukan kalimat yang pas untuk menggambarkan ”rasa” tersebut yang pasti kesannya seperti meninggalkan embun di sudut hati.
Lepas dari kesan-kesan perasaanku yang gak jelas itu, aku takjub dengan jalinan kisah ini. Mba Leyla telah melakukan peningkatan luar biasa pada kualitas karakter tokoh-tokohnya, jalinan konflik yang tetap logis dan setting yang terpapar dengan lebih baik.
Sebagian kisah ini mengingatkanku pada sebuah ironi ketika melihat suami yang terlihat begitu peduli dan sibuk dengan umat justru tak menyadari kefuturan di lingkungan terdekatnya. Dan baru menyesal ketika hal-hal yang tak diinginkan terjadi pada keluarganya.
Halnya pilihan Furqon dalam kisah ini, aku tak kuasa menjudge bahwa pilihan tersebut adalah sebuah pilihan yang menzholimi hak istrinya. Namun sebagai wanita, perasaan Nazma jelas membuat gerimis di hatiku. Sungguh sikap Nazma di sini layaklah dijadikan perenungan bagi wanita-wanita muslimah agar lebih ikhlas dan ridho dalam mendukung setiap pilihan jihad suami tercinta.
Ending kisah ini juga membuatku lega. Lega karena penulis ternyata tidak menyuguhkan ending sesuai dugaanku. Di titik tertentu aku menduga (dan berjanji untuk mengkritik habis-habisan jika dugaanku terbukti ^_^) bahwa penulis akan berusaha menyatukan kembali hati yang telah terpisah.
Dan, pada kenyataannya penulis berhasil menyuguhkan kisah ini dengan menyentuh, manis dan menghadirkan ending yang tidak klise.
Benar-benar sebuah kisah yang layak baca.
Bagaimanapun roda perbukuan Indonesia berputar, aku berharap seorang Leyla hana tetap bisa konsisten untuk menulis kisah-kisah yang menyejukkan seperti kisah SYT ini.
Keep writting mba Leyla…..
View all my reviews
1 komentar:
Resensi yang menggoda .... ^_^
Posting Komentar